Berawal dari sejarah Rasulullah SAW pada
saat membangun parit untuk persiapan perang Khandaq. Salah seorang sahabat
bertanya, ‘’Ya Rasulullah.. setelah perang Khandaq ini, lalu kota manalagi yang
akan kita taklukan, Konstantinopel atau Roma?’’
Rasulullah berkata, ‘’Kota yang
dipimpin oleh Hericlius (Roma)!”
Rasulullah kemudian membuat visi jangka
panjangnya dalam sebuah hadist, “Kalian pasti akan membebaskan Kostantinopel. Pemimpin yang
melakukannya adalah sebaik-baik pemimpin, dan pasukan yang berada di bawah
komandonya adalah sebaik-baik pasukan”.
Sejak saat itu, berlomba-lomba para
pemimpin Islam secara turun-temurun ingin menjadi pemimpin yang dimaksud dalam
visi Rasulullah tersebut, menaklukan Konstantinopel. Hingga 800 tahun berlalu,
lahirlah seorang anak bernama Muhammad Al Fatih.
Ini adalah tentang Muhammad Al Fatih.
Ia adalah putra dari Sultah Murad II.
Pemimpin kesultanan Turki Ustmani.
Setiap pagi, Muhammad Al-fatih kecil sudah
ditanamkan visi oleh sang ayah dengan dibawa melihat tembok Benteng
Konstantinopel yang kokoh setinggi 18 meter dari kejauhan. Konstantinopel
dikelilingi oleh benteng berlapis tiga yang membentang sepanjang kota. Pada
lapisan pertama, ada pembatas sungai yang di dalamnya terdapat buaya-buaya
ganas. Pada lapisan kedua terdapat pasukan pemanah berjumlah ribuan yang
siap memanah. Dan begitu juga benteng lain yang sangat kokoh. Selama 11 abad,
Konstantinopel tidak pernah bisa ditaklukkan oleh siapapun.
‘’Wahai Muhammad Al-fatih, kamu tahu apa itu? Itu tembok
konstantinopel dan tahukah engkau bagaimana janji Rasulullah? Janjinya adalah
kota konstantinopel akan jatuh ke tangan islam. Pemimpin yang menaklukkannya
adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah
sebaik-baik pasukan. Saya yakin kelak kau yang akan menaklukkannya, Nak.’’
Al-Fatih kecil pun menjawab, “Iya! Saya
ingin menaklukkan Konstantinopel. Dan karena saya ingin menaklukkannya, maka
saya akan memantaskan diri.”
Apa yang ia lakukan? Memantaskan diri.
Muhammad Al Fatih mempelajari dan sudah hafal Alquran 30 juz di usianya yang ke
8 tahun, ia mempelajari hadis-hadis, memahami ilmu fikih, belajar matematika,
ilmu falak, dan strategi perang. Selain itu, ia pun sangat lancar berbahasa
Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani, luar biasa!
Waktu pun terus berlalu, Muhammad
Al-fatih, kini telah beranjak dewasa. Di usia yang masih tergolong belia, ia
mengerahkan pasukannya dan siap berhadapan dengan pasukan konstantinopel.
Bagaimana cara agar bisa melewati laut dan benteng yang tingginya 18 meter dan
mengalahkan pasukan konstantinopel yang kuat itu?
Segala strategi ia lakukan. Namun gagal.
Kemudian bangkit lagi mencari cara yang lain. Hingga akhirnya, ia melakukan
strategi yang hingga kini sulit dipercaya. Ia memerintahkan pasukan meminyaki
kapal dan membabat hutan. Ya, ia akan melayarkan 70 kapalnya melewati jalan
darat perbukitan. Ia berhasil mendobrak banteng Konstantinopel. Hal ini membuat
pasukan Romawi kocar-kacir dan terheran-heran. Bagaimana bisa ia mengendarai
kapal perangnya melewati perbukitan? Demikian kelanjutannya hingga keangkuhan
benteng Konstantinopel akhirnya runtuh dan berhasil ia taklukan dalam semalam
di usinya yang masih 21 tahun.
PESAN DARI KISAH TERSEBUT..
Seorang pejuang harus memiliki visi yang
kuat dan memegang teguh visinya. Seperti keteguhan Muhammad Al Fatih yang
mengemban visi Rasulullah SAW bahkan sejak dari masa kanak-kanak. Visi yang
sudah dicita-citakan harus dilestarikan. Setiap pagi, Al Fatih selalu melihat
banteng tersebut dari kejauhan dan menanamkan kepada dirinya bahwa suatu hari
banteng tersebut akan jatuh dibawah kekuasaannya. Lestarikan imipian dan visi
Anda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar